Hasil Kejurnas seri IV IndoPrix (IP) 2009 di sirkuit Balipat, Binuang-Kalimantan Selatan jadi tamparan keras buat balap nasional. Kalimantan telah memberi pelajaran pada seluruh pecinta balap Tanah Air, khususnya Jawa. Bahwa, pembinaan balap motor tanpa lahan berlatih, sama dengan omong-kosong. Percuma cuap-cuap Jawa adalah sentra balap nasional, jika Jawa sendiri minim sirkuit untuk balap dan latihan.
Kalimat di atas, jangan diartikan kita tidak terima hasil, bahwa H. Yudhistira kuasai dua race di 2 kelas IP1-110 cc dan IP2-125cc. Itu picik!
 Coba didalami sedalam laut. Yudhistira, khususnya, dan pecinta road race Kalimantan, umumnya, buktikan bahwa pembinaan road race sulit maju jika tanpa sarana sirkuit memadai. Balipat yang kini jadi tempat latihan joki muda Kalimantan telah menghasilkan Yudhistira.
Dari sini, ingat ocehan Benny Djatiutomo, manajer tim Yamaha Petronas FDR Star. Komentar terhangatnya, yaitu kesulitan timnya saat mempersiapkan diri hadapi seri II IP di Sentul. Timnya, dan tim-tim lain, sulit latihan karena trek dipakai tes mobil.
Dalam menghadapi seri III Asian Grand Prix, juga di Sentul, sirkuit pun tak bisa dipakai karena sedang diaspal ulang. "Ini problem klasik balap nasional," tegas Benny saat itu. "Berprestasi tinggi di balap itu nol besar, jika tanpa latihan. Gimana bisa maju, kalau sirkuit cuma punya Sentul. angan hitung Kenjeran atau Tawang Mas. Itu bukan sirkuit motor. Latihan saat ada balapan. Akhirnya, pas balapan ya cuma latihan mencari seting motor yang terbaik. Bukan menjadi pembalap yang terbaik," imbuh pria berkacamata itu.
Setuju, Bung! Kan ada pepatah, ‘bisa karena biasa'. Jika rajin latihan, ya paham. Paham semua teknis sirkuit, paham tunggangannya. Pokoknya paham soal balap, teknis dan non-teknis.
Sekarang coba tanya M. Fadli soal tamparan di Balipat. Joki Suzuki IRC U Mild AHRS ini dua kali juara di sana. Toh rider asal Bogor pemilik Kartu Izin Start DKI Jakarta itu, dua minggu lalu di Balipat, kayak ayam sayur.
"Bukan ayam sayur. Meski data teknis motor kita lengkap, kemampuan motor sudah teruji di Jawa, tapi kita gak tau kondisi terakhir Binuang. Gimana aspalnya, gimana cuacanya. Tanpa latihan memadai di sana atau di tempat lain, akhirnya main tebak-tebakan. Jadi, wajar kalah jauh," aku Fadli.
Yuk tanya petinggi IMI. Ada A. Judiarto, ketua Pengda IMI DKI. Ia setuju balap takkan berprestasi tanpa latihan di trek sesungguhnya. "Makanya, di Jakarta kami sudah meminta lahan buat sirkuit pada Kadispora dan Gubernur. Khusus Jakarta karena atlet DKI langganan medali emas di PON. Untuk nasional, semoga saja dengan adanya PON yang sudah memasukkan balap sebagai salah satu cabangnya, kita punya sirkuit baru tiap 4 tahun sekali. Tapi jangan sampai kayak sirkuit Sekayu di Sumatera Selatan. Usai gelar PON, tidak dimanfaatkan dan dirawat lagi," tandas Judiarto.
Nah, itu lagi repotnya. Saat tidak ada sirkuit, kita meminta. Setelah ada tidak dimanfaatkan, apalagi dirawat. Seperti nasib pembalap. Tidak ada yang berprestasi, dibuatkan balap. Setelah ada yang menonjol, kariernya mentok sampai kejurans IndoPrix!
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar